Pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh konsumsi swasta yang lebih kuat, kinerja ekspor lebih kuat, dan investasi khususnya nonbangunan yang bagus.
Walau demikian, Lukman menuturkan penguatan rupiah akan terbatas oleh naiknya imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) setelah data menunjukkan pertumbuhan harga di AS lebih tinggi dari perkiraan, membawa imbal hasil obligasi AS naik. Imbal hasil obligasi AS tenor dua tahun meningkat ke 4,074 persen dan tenor 10 tahun di 3,528 persen.
Investor juga menantikan data inflasi AS terkait Indeks Harga Belanja Personal (Personal Consumption Expenditures/PCE) malam ini. Ia memperkirakan kurs rupiah bergerak pada kisaran Rp14.600 per dolar AS hingga Rp14.800 per dolar AS.
Pada Kamis (27/4/2023) rupiah ditutup meningkat 129 poin atau 0,87 persen ke posisi Rp14.707 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.836 per dolar AS.