CARAPANDANG - Pemerintahan Trump secara tiba-tiba menghentikan pendanaan untuk program darurat Badan Pangan Dunia (World Food Program/WFP) di 14 negara. Di antara negara-negara tersebut termasuk Afghanistan, Suriah, Yaman, Lebanon, dan Somalia, dikutip dari AP News, Selasa (8/4/2025).
Keputusan ini memicu kekhawatiran luas akan potensi kelaparan massal yang mengancam jutaan nyawa. WFP menyebut kebijakan ini sebagai “vonis mati” bagi banyak orang yang bergantung pada bantuan pangan untuk bertahan hidup.
Sebelumnya, pemerintah AS menjanjikan tidak akan memangkas bantuan penyelamat jiwa, namun puluhan kontrak kemanusiaan justru dibatalkan mendadak. Program-program yang terdampak meliputi distribusi makanan, penyediaan air bersih, layanan medis, dan perlindungan terhadap perempuan.
Sebagai donor utama WFP, AS menyumbang $4,5 miliar (Rp75,7 triliun). Jumlah tersebut dari total $9,8 miliar (Rp165 triliun) dana yang diterima badan tersebut tahun lalu.
Di Suriah, program senilai $230 juta (Rp3,8 triliun) dihentikan, termasuk program terbesar bernilai $111 juta (Rp1,8 triliun). Program tersebut merupakan program yang menyediakan roti dan makanan harian bagi 1,5 juta warga.
Di Yaman, yang sedang mengalami salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia, seluruh bantuan pangan dari AS kepada WFP telah dihentikan. Penghentian ini bahkan mencakup makanan yang sudah tiba di pusat distribusi.