Anak-anak Palestina yang mengungsi terlihat di Universitas Islam Gaza (Islamic University of Gaza), yang rusak akibat pengeboman Israel, di Gaza City, pada 11 April 2025. Universitas Islam Gaza, salah satu universitas terbesar di Jalur Gaza, kini diubah menjadi tempat perlindungan bagi ratusan keluarga Palestina (Xinhua/Rizek Abdeljawad)
Tim penyelamat mencari korban selamat di antara reruntuhan bangunan yang hancur di area permukiman Shuja'iyya di sebelah timur Gaza City pada 9 April 2025. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)
Pasukan Israel terlihat saat warga Palestina mencoba melintas di tengah bentrokan di kamp pengungsi Balata, sebelah timur Nablus, Tepi Barat bagian utara, pada 9 April 2025. (Xinhua/Nidal Eshtayeh)
Orang-orang berpartisipasi dalam sebuah aksi unjuk rasa menentang aksi pembantaian yang dilakukan Israel di Gaza, di Dhaka, Bangladesh, pada 7 April 2025. (Xinhua)
Orang-orang melakukan pencarian di antara reruntuhan sebuah bangunan sekolah, yang dialihfungsikan menjadi tempat penampungan, pascaserangan udara Israel di Gaza City pada 4 April 2025. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)
Warga Palestina yang terpaksa mengungsi dari daerah Al-Shayma di Beit Lahia, Jalur Gaza utara, terlihat di sebuah jalan di Gaza City pada 22 Maret 2025. (Xinhua/Abdul Rahman Salama)
Kantor media otoritas Jalur Gaza mengutuk keputusan Israel yang melarang masuknya bantuan kemanusiaan dan bahan bakar sehingga memperparah bencana kelaparan di wilayah kantong Palestina itu.
Serangan itu terjadi tanpa peringatan sekitar pukul 3.30 pagi. Itu terjadi setelah Israel menyerang pinggiran selatan Beirut, benteng dukungan Hizbullah, Jumat lalu setelah mengeluarkan peringatan evakuasi. Serangan ini menewaskan 3 orang.
Seperti dilansir AFP, Selasa 1 April 2025, Kementerian Kesehatan di Gaza menyebut setidaknya 80 orang di Palestina yang tewas dalam 48 jam terakhir. Puluhan korban meninggal itu tersebar di seluruh wilayah Palestina.