"Mendekati musim panas, Anda akan melihat harga emas naik hanya dengan harapan akan adanya penurunan suku bunga, kecuali jika Fed mengubah sikapnya atau membuat pengumuman bahwa mereka menarik penurunan dari meja, yang menurut saya tidak akan terjadi pada saat ini," kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures yang dikutip dari Reuters.
Fokus pasar adalah pada data Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi Inti AS (PCE) yang dijadwalkan rilis pada Jumat pekan ini.
"Jika angka (PCE) lebih tinggi dari yang diharapkan, maka harga emas kemungkinan akan mundur, tetapi saya harap penurunan tersebut akan segera terkompensasi," ujar Haberkorn.
Reaksi pasar terhadap data tersebut mungkin hanya akan terlihat pada pekan depan, karena libur Jumat Agung.
Emas mencatat rekor tertinggi sebesar $2.222,39 minggu lalu setelah para pembuat kebijakan Fed mengindikasikan bahwa mereka masih berencana untuk memangkas suku bunga sebesar tiga perempat persen pada akhir tahun 2024.
Para pedagang saat ini melihat peluang sebesar 71% untuk pemangkasan suku bunga pada bulan Juni FEDWATCH. Suku bunga yang lebih rendah meningkatkan daya tarik untuk memegang logam mulia yang tidak menghasilkan bunga.
Harga emas juga terus mendapat dukungan dari permintaan fisik yang tinggi dari rumah tangga Tiongkok, di mana reli rekor emas belum mengurangi selera beli.