Angga pernah mendapatkan perawatan terapi untuk penyakit yang dideritanya namun karena tidak memiliki biaya untuk perawatan sehingga tidak pernah dilanjutkan lagi. “Dulu pernah dibawa berobat, tapi karena tidak ada biaya, pengobatan terhenti,” jelas Angga
Sang kakek bekerja sebagai supir angkot tembak yang hanya bekerja tiga hari seminggu dengan penghasilan yang pas-pasan sekitar Rp 100.000 per hari jika dia menyupir. Dengan penghasilan tersebut, dirasa sangat terbatas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta biaya perawatan Angga.
Untuk membantu perekonomian kakek Heri guna memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya perawatan Angga, Kemensos melalui Sentra Terpadu Pangudi Luhur (STPL) Bekasi memberikan bantuan kewirausahaan berupa usaha jualan makanan dan minuman seperti mie instan, aneka minumam, telur dengan menggunakan gerobak dipinggir jalan dengan nilai bantuan Rp. 3,5 juta
Selain itu, Kemensos juga memberikan kursi roda anak kepada Angga untuk mobilitas Angga sehari-hari meskipun untuk naik ke kursi roda tetap harus digendong terlebih dahulu. Setidaknya bantuan tersebut dapat meringankan beban kakek dan nenek Angga.
Melihat kondisi Angga yang merupakan seorang anak yatim piatu, Kementerian Sosial telah berkoordinasi dengn pihak Desa dan Dinas Sosial Kabupaten Garut untuk memasukan Angga kedalam kartu keluarga kakeknya.