Menurut Fahmi, saat ini masih ada diskriminasi terhadap anak-anak penyandang tunanetra tersebut. Untuk mengangkat harkat dan martabat seorang penyandang disabilitas yang senasib, guru adalah salah satu faktor penting untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak generasi muda di negeri ini.
"Saya ingin memperlihatkan kepada masyarakat, bahkwa kami yang tunanetra sanggup untuk mandiri, untuk tidak menjadi beban masyarakat semuanya," ujarnya.
Fahmi juga miris ketika mendengar para penyandang disabilitas terutama tunanetra yang meminta sedekah dijalanan. Menurutnya, meminta-minta mengharap iba dari orang lain merupakan cara yang tidak tetap. Untuk itu, ia bertekad mengajarkan semua metode belajar, teknik belajar cepat kepada murid di SLB tersebut.
"Disini, saya juga berpesan kepada orang tua, jangan minder punya anak disabilitas, karena dibalik kekurangannyan pasti ada kelebihan, kelebihannya itu yang harus dibekali dengan berbagai ilmu," imbuhnya.
Selain itu, ia juga berharap kepada pemerintah agar memperhatikan para penyandang disabilitas dan permudahkan murid dalam mencari ilmu. Pemerintah juga diminta untuk menyalurkan bantuan berupa alat penunjang pendidikan SLB di Kepri.
"Berikan peluang kepada kami, berikan pekerjaan yang sama dengan orang-orang pada umumnya, jangan sampai ada diskriminasi," ucapnya.
Berdakwah dan Guru Penggerak