"Alhamdulillah, saya lulus tahun 2005, 5 tahun saya kuliah, tapi selesai kuliah, saya sempat nganggur, selama 2 tahun saya ngamen di kereta tujuan Bandung-Jakarta dan di Jakarta, saya sempat jadi tukang pijat," tuturnya.
Masa-masa kelam itu menambah catatan sedih dalam kehidupan Fahmi. Namun, meskipun dalam keadaan susah, ia tetap berusaha mencari informasi lowongan kerja sebagai guru.
Fahmi mengaku sempat menjadi guru honor di Sukabumi, lebih kurang 1 tahun lamanya. Tak lama, kabar baik pun terdengar ke kuping Fahmi lewat saudaranya yang ada di Kota Batam. Pada tahun 2008, ia pun mengadu nasib di Kepulauan Riau. Ia sempat mengikuti tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) sebagai guru SLB. Pada saat itu, ada lebih kurang 700 orang yang melamar.
"Alhamdulillah, saya lulus, dan mengajar di SLB di Tanjungpinang," ujarnya.
Sejak ditetapkan menjadi guru di SLB, Fahmi kerap menyalurkan ilmunya ke peserta didik yang senasib dengannya dengan gigih. Berbekal kemampuan ilmu komputer yang didapati di bangku kuliah, ia akhirnya mengajar studi Komputer disekolah tersebut.
Fahmi sempat memperlihatkan teknis dalam mendidik dan mengajar Anak Berkebutuhan Khusus, khususnya pada pelajaran pendidikan komputer. Meski berjalan dengan tongkat, tetapi jari jemari Fahmi tak ragu lagi menyentuh keyboard sebuah Laptop. Ia terlihat sangat fasih dalam mengoperasikan komputer.